Merauke – Salah satu persoalan mendasar kegiatan belajar mengajar di kampung-kampung tidak berjalan baik, disebabkan kekurangan tenaga guru dari tahun ke tahun. Belum lagi sikap mereka yang selalu meninggalkan tugas tanpa alasan jelas, mengakibatkan anak didik tak mendapatkan kesempatan yang baik untuk menerima pelajaran secara rutin tiap hari.
Kepala Sekolah SD YPPK Kalwa, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Vinsensius Mbara yang ditemui media ini, Kamis (6/12) mengungkapkan, hampir semua kampung di distrik tersebut, kegiatan belajar mengajar kurang berjalan dengan baik dan lancar. Pasalnya, jumlah guru sangat terbatas. Sedangkan rombongan belajar sangat besar dengan jumlah murid mencapai 300 orang.
“Khusus di SD YPPK Kalwa, guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya tiga orang termasuk kepala sekolah. Dengan demikian, yang aktif mengajar adalah dua orang guru bantu. Sementara Kepsek kalau ada waktu luang baru dapat berdiri di depan kelas. Karena masih banyak tugas lain yang harus diselesaikan,” tuturnya.
Olehnya, lanjut Vinsen, salah satu langkah yang diambil dan disepakati bersama masyarakat adalah menggunakan tenaga beberapa anak asli di kampung tersebut yang sudah tamat SMA. Meskipun dengan berbagai keterbatasan, namun mereka direkrut menjadi tenaga guru honorer. “Ya, itu semata-mata agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan normal,” katanya.
Ditanya persoalan lain yang terjadi di sekolah tersebut, Vincent mengaku fasilitas seperti bangku dan meja tulis. Jumlahnya sangat terbatas dan sebagian sudah mengalami kerusakan. “Mudah-mudahan pemerintah memberikan perhatian untuk pengadaan fasilitas baru dan juga penambahan tenaga guru di kampung tersebut,” pintanya.
Sementara Kepala Sekolah SD YPPK Salor, Fransiskus Gebze menagku jika selama ini, mereka belum memiliki kantor untuk para guru. Sehingga terpaksa harus meminjam salah satu ruangan kelas untuk digunakan. Selain itu, meja dan kursi masih sangat kurang, sementara jumlah muridnya mencapai 108 orang.
Menyangkut tenaga guru, Gebze mengungkapkan, sudah mencukupi dengan jumlah tujuh orang. Hanya saja, belum ada guru kesenian dan olahraga. Sehingga guru lain terpaksa menangani. “Saya akan laporkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke, Drs. Vincentius Mekiuw,” ujarnya.(FR/Merauke)