Bupati Merauke Drs Johanes Gluba Gebze menegaskan, barang siapa dalam kehidupannya menolak kemajemukan atau tidak mau menerima perbedaan, hukumnya dosa. " Kita harus sadari sebagai mahluk yang lemah, penuh dengan kekurangan tidak dapat diisi secara pribadi oleh manusia sehebat apapun. Lewat perbedaan, Allah melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada,"katanya pada acara lepas sambut Pemkab, TNI/Polri dan masyarakat yang dipusatkan di Kampung Kuper, Distrik Semangga.
Menurut Bupati Gebze, dengan kelemahan dan kekurangan , maka perbedaan harus dipelihara sebagai modal pelengkap dari segala kekurangan yang dimiliki manusia. Sepanjang 2008, lanjut bupati, Kabupaten Merauke termasuk salah satu daerah yang cukup aman, jauh dari huru-hara maupun demontrasi seperti yang terjadi di sejumlah daerah lainnya di Indonesia.
Keamanan dan kedamaian yang dirasakan masyarakat sepanjang tahun tersebut tidak terlepas dari dukungan dan peran seluruh masyarakat yang mendiami tanah datar Merauke. Selain itu, para pemimpin dan tokoh agama mampu mengemban amanat untuk memberikan kotbah sejuk kepada seluruh umatnya. Termasuk aparat keamanan mampu menyesuaikan paradigma penanganan keamanan dan Kamtibmas sehingga masyarakat merindukan aparat dalam segala situasi.
Gebze juga tak lupa sampaikan terima kasih kepada para petani yang terus menanam padi sehingga Merauke mampu sebagai daerah swasembada pangan. Merauke sebagai daerah pertama yang menerima terbitnya matahari di Republik ini, harus menjadi kebanggan tersendiri bagi seluruh masyarakat yang mendiami tanah datar tersebut karena doa pertama dikumandangkan 2 jam lebih awal oleh seluruh agama yang ada di negeri ini ke seluruh republik. "Yang paling penting adalah menggelar sebuah keteladanan sebagai masyarakat yang pencintai damai, masyarakat yang hidup rukun satu sama lain, saling menghargai, saling menghormati, saling bertoleran, sehingga negeri yang dianugrahkan sebagai tanah datar ini menjadi anugrah tersendiri bagi kita mulai dari pemimpin sampai seluruh warga harus mampu menjadi insan pendamai atau juru damai sehingga Merauke menjadi sebuah istana yang sungguh-sungguh dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa harus ragu-ragu hidup di tanah ini,"tambah Bupati Gebze.
Acara lepas sambut kenegaraan tersebut diawali dengan doa bergilir oleh 4 tokoh agama, Katolik, Protestan, Islam dan Hindu. Detik-detik pergantian tahun, Bupati Gebze bersama Wakil Ketua II DPRD Jorgen Betaubun menekan tombol sirene yang diikuti pesta kembang api yang menakjubkan mata dilanjutkan dengan tos kenegaraan oleh semua yang hadir dalam acara tersebut. Dibanding tahun sebelumnya, pergantian tahun ini tampak lebih semarak dengan pesta kembang api. Khusus di Kota Rusa Merauke, masyarakat terlihat antisus menyambutnya. Dan lepas sambut tahun ini jauh lebih semarak dibanding tahun lalu yang terlihat sepi. Mungkin karena tahun lalu, penjualan kembang api sama sekali dilarang dan tidak diperjualbelikan secara bebas.
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=23007&ses=
Friday, 2 January 2009
Bupati Gebze Pada Acara Lepas Sambut : Tolak Perbedaan, Hukumnya Dosa
Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke
Artikel Bupati Gebze Pada Acara Lepas Sambut : Tolak Perbedaan, Hukumnya Dosa ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Friday, 2 January 2009. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.