Patung Bis umumnya diukir pada kayu putih. Sedangkan jenis kayu lain tidak bisa dibuat, misalnya pada kayu besi. Mengukir Patung Bis pada Kayu besi adalah hal yang tidak sesuai dengan aturan menurut adat. Jika pun ada, mengukir pada kayu besi adalah modifikasi dengan tujuan mendapatkan nilai ekonomis. Misalnya kayunya keras, kuat secara umum memiliki kualitas yang bagus, jelas seorang Seniman Asmat, Paskalis Wakat kepada Jubi di Agats beberapa waktu lalu.
Patung Bis dibuat oleh beberapa rumpun yang ada di Asmat. Orang Asmat, Pada awal sebelum mengukir memiliki gambaran yaitu konsep. Konsep yang dikaitkan dengan budaya dan kebiasaan, adat serta paham mistis masyarakat setempat. Patung Bis memiliki ciri khas tersendiri. Bagian bawah, tengah dan atas memiliki arti dan makna tersendiri. Hasil cipta dan karya Pengukir Asmat melihat dan mencermin kembali komunikasi batin apa yang terjadi dalam diri dengan makhluk tak kelihatan atau roh-roh orang mati.
Secara Mitos, roh-roh orang mati tidak hilang namun mereka hanya berubah wujud atau rupa. Roh-roh harus diberi ruang Agar selalu dekat, tidak hilang menjauh serta selalu melindungi dan menjaga keluarga, dusun dan kampung. Untuk itu, sebagai wujud nyata bahwa Patung Bis diukir dan dipandang menjadi tempat berpindahnya Roh orang mati. Para leluhur, Petuah adat, tokoh perang serta keluarga, sanak saudara yang meninggal dianggap dan diyakini hanya berpindah tempat tinggal saja.
Patung Mbis tidak hanya sebuah ukiran bernilai seni belaka, Namun memiliki nilai religius sebagai tempat untuk roh-roh para leluhur mendiami dan memberi inspirasi bagi manusia yang masih hidup. Inspirasi dan Kepuasaan batin kepada para leluhur pun terpenuhi. Anak-cucu dan familinya dapat melihat rupa dan wajah leluhur yang dikenang. Melalui tarian, nyayian dan kebiasaan adat serta ritual-ritual, manusia Asmat mendapatkan kekuatan roh-roh dan inspirasi tentang kehidupan manusia. Memang Kekhasan ukiran manusia susun dalam Patung Bis memiliki nilai budaya dan serta memiliki nilai sosioreligius tersendiri.
Pada umumnya ukiran kayu asmat merupakan unsur pokok untuk jati diri budaya Asmat dan alam roh. Orang asmat percaya, bahwa dunia ini pada hakekatnya terdiri atas 3 lapis. Bagian pertama adalah dunia hidup atau Asmat Ow Capimi –yaitu alam kehidupan. Bagian kedua adalah tempat persinggahan orang-orang yang sudah meninggal dan belum memasuki tempat istirahat kekal di Safar--sorga yang disebut dengan dampu owcapinmi-- Roh-roh yang tinggal di Dampu Oe Capinmi -- penyebab penyakit, penderitaan, gempa bumi dan peperangan. Orang-orang yang masih hidup harus menebus Roh-roh ini dengan membuat pesta-pesta dan ukiran serta memberinya nama agar mereka dapat masuk kedalam safar yang merupakan tujuan akhir-bagian ketiga –dari kehidupan orang Asmat. Kepercayaan ini melanggengkan diri di dalam kehidupan masyarakat hingga kontak dengan dunia luar mulai terjadi sampai sekarang.
Tuesday, 16 December 2008
Patung Mbis: Jati Diri Manusia Asmat
Ditulis Oleh : ~ Portal Berita Merauke
Artikel Patung Mbis: Jati Diri Manusia Asmat ini diposting oleh Portal Berita Merauke pada hari Tuesday, 16 December 2008. Radar Merauke menyajikan informasi terkini tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota Merauke dan wilayah Papua Selatan umumnya. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Copyright berita dalam site ini milik pemilik berita: Kompas, Cenderawasihpos, Tabloid Jubi, Jaringan Pasificpost, Infopublik, Jaringan JPNN dll. Radar Merauke adalah web personal yang merangkum berita dari berbagai media.